Minggu, 29 September 2013

PUISI INI KUPERSEMBAHKAN BUAT IBUKU JELANG HARI RAYA QURBAN


Sebelum membaca Puisi ini klik tulisan ungu dan dengarkan lagu Richard  Marx Promise You, " /PROMISE YOU " Thank You

Pagi berselimut embun menggapai dedaunan

menerpa ranting  bunga rose warna-warni

harum semerbak  wangi menelusup dalam rongga hati

ingatanku menerawang mendekati awan dibawa angin

berkelana ke  masa kecil di kampung

disamping rumah ditepi gunung sungai kecil mengalir

air dari pancuran bening dan hening

nyanyian merdu burung-burung bertengger diatas dahan

kupu-kupu berterbangan di alam bebas  bercengkerama dengan kumbang,
 -------------
pokok-pokok kayu pinus melambai di tiup angin

membawa bau badan bersatu dengan alam
--------------

Pagi hening di hari Raya Idhul Adha puluhan tahun yang silam

aku mencium aroma rambut ibuku

aku merasakan detak jantungnya hadir disisiku

meraba lembut pipiku, membelai rambutku

desir angin membisik lembut pertanda Ibu hadir disini

bersamaku ya… bersamaku disini..
 ----------------

Hari Raya Idhul Adha   sekian tahun yang lalu seperti pagi ini

kumandang adzan dan bedug di pukul bertalu-talu dari surau dekat rumah

pertanda Shalat Idul Adha  jelang datang menghampiri

di tuntun Ibu menggendong adik berjalan menuju surau

hiruk-pikuk  anak-anak  kecil berlar-lari , orang-orang berjalan ber-iring

berpakaian baru, serba baru, baru kemarin dibeli di pasar dekat portal,
------------------

memandangi anak-anak sebayaku , melirik  orang-orang tua sebaya ibu

lirih hati ini meringis, baju yang ibu dan aku  kenakan usianya sebaya adikku

warnanya  lusuh kusam dan tipis di gerus  usia menyatu dengan tubuh

tak ada daya menggapai takdir kehilangan Ayah di masa kecil

-------------------

sholat usai berbaris menunggu daging qurban berjejal dipinggir jalan

ditengah terik matahari keringat membasuh wajah menanti belas kasih

terhimpit diketiak orang-orang dewasa menyeruak baunya tak sedap

aku tak beranjak pergi ketika mereka pulang membawa daging

daging dari sapi mereka yang di Qurban-kan, untuk keluarga mereka

bukan di-Qurban-kan untuk kami orang miskin dan anak-anak yatim,  bukan !

demi gengsi dan harga diri mereka di mata manusia

kami hanya bisa menikmati bagian dari tulang- tulang  belulang

kubawa pulang dimasak Ibu sebagai santapan Tahun-an

hanya disetiap Hari Raya Idhul Adha.
-------------------

10  Dzulhijjah hari ini Ibu....

Ibu ..kini semua sudah berubah Ibu, aku dan Narti sudah  punya rumah  sendiri,

Ibu tak perlu lagi jualan kue di Sekolahan, tak perlu lagi keladang

lihat Bu rumah kita, lihat bu daging dan segala macam makanan tersedia

lihat Bu……

Ibu….Ibu….Ibuuuuuuuuu……….tak ada jawaban…hening



 Puisi ini aku ciptakan di Makassar  pada bulan 28 November 1999, hanyalah gambaran suasana hati saat itu bukan true story

 Muhammad Nur Inno



Tidak ada komentar:

Posting Komentar