Sebelum membaca Puisi ini klik tulisan ungu dan dengarkan lagu Richard Marx Promise You, " /PROMISE YOU " Thank You
Pagi berselimut embun menggapai dedaunan
menerpa ranting bunga rose warna-warni
harum semerbak wangi menelusup dalam rongga hati
ingatanku menerawang mendekati awan dibawa angin
berkelana ke masa kecil di kampung
disamping rumah ditepi gunung sungai kecil mengalir
air dari pancuran bening dan hening
nyanyian merdu burung-burung bertengger diatas dahan
kupu-kupu berterbangan di alam bebas bercengkerama dengan kumbang,
-------------
pokok-pokok kayu pinus melambai di tiup angin
membawa bau badan bersatu dengan alam
--------------
Pagi hening di hari Raya Idhul Adha puluhan tahun yang silam
aku mencium aroma rambut ibuku
aku merasakan detak jantungnya hadir disisiku
meraba lembut pipiku, membelai rambutku
desir angin membisik lembut pertanda Ibu hadir disini
bersamaku ya… bersamaku disini..
----------------
Hari Raya Idhul Adha sekian tahun yang lalu seperti pagi ini
kumandang adzan dan bedug di pukul bertalu-talu dari surau dekat rumah
pertanda Shalat Idul Adha jelang datang menghampiri
di tuntun Ibu menggendong adik berjalan menuju surau
hiruk-pikuk anak-anak kecil berlar-lari , orang-orang berjalan ber-iring
berpakaian baru, serba baru, baru kemarin dibeli di pasar dekat portal,
------------------
memandangi anak-anak sebayaku , melirik orang-orang tua sebaya ibu
lirih hati ini meringis, baju yang ibu dan aku kenakan usianya sebaya adikku
warnanya lusuh kusam dan tipis di gerus usia menyatu dengan tubuh
tak ada daya menggapai takdir kehilangan Ayah di masa kecil
-------------------
sholat usai berbaris menunggu daging qurban berjejal dipinggir jalan
ditengah terik matahari keringat membasuh wajah menanti belas kasih
terhimpit diketiak orang-orang dewasa menyeruak baunya tak sedap
aku tak beranjak pergi ketika mereka pulang membawa daging
daging dari sapi mereka yang di Qurban-kan, untuk keluarga mereka
bukan di-Qurban-kan untuk kami orang miskin dan anak-anak yatim, bukan !
demi gengsi dan harga diri mereka di mata manusia
kami hanya bisa menikmati bagian dari tulang- tulang belulang
kubawa pulang dimasak Ibu sebagai santapan Tahun-an
hanya disetiap Hari Raya Idhul Adha.
-------------------
10 Dzulhijjah hari ini Ibu....
Ibu ..kini semua sudah berubah Ibu, aku dan Narti sudah punya rumah sendiri,
Ibu tak perlu lagi jualan kue di Sekolahan, tak perlu lagi keladang
lihat Bu rumah kita, lihat bu daging dan segala macam makanan tersedia
lihat Bu……
Ibu….Ibu….Ibuuuuuuuuu……….tak ada jawaban…hening
Puisi ini aku ciptakan di Makassar pada bulan 28 November 1999, hanyalah gambaran suasana hati saat itu bukan true story
Muhammad Nur Inno