OLEH : MUHAMMAD NUR OKT
Jendela pagi terkuak menelusuk kisi-kisi hati,
Cahaya berserakan diserambi.
Meliuk membangkitakan raga,
Menerpa kedamaian nyata, dicengkram badai.
Detak jantungku dalam rahasia hati.
Menelanjangi perasaan yang tak pernah padu.
Kuingin berlari mengejar Matahari,aku takut pada bulan di ujung malam.
Kuingin Agar sepi datang, merayap pergi,
Agar sepi hilang memburu siang.
Mimpi tinggalkan semua mimpi,
Tinggalkan angan di perut bumi.
Kumasih disini diperbudak kenyataan,
Dirampas keinginan dan angan-angan.
Keserakahan, kediktatoran membuatku menatap rerumputan gersang.
Kujejakkan kaki di rumput melewati ilalang kering perih.
Daun-daun berbisik
bersorak ditiup angin menerpa rambutku.
Kudiam tetes air mata jatuh satu-satu.
Dukaku tidak dukamu.
Tangisku bukan tangismu, deritaku kubawa sendiri **
Mamuju, 23 Oktober 2010.
Bunga Tulip ( foto :
www.merdeka.com )
www.merdeka.com )
Jendela pagi terkuak menelusuk kisi-kisi hati,
Cahaya berserakan diserambi.
Meliuk membangkitakan raga,
Menerpa kedamaian nyata, dicengkram badai.
Detak jantungku dalam rahasia hati.
Menelanjangi perasaan yang tak pernah padu.
Kuingin berlari mengejar Matahari,aku takut pada bulan di ujung malam.
Kuingin Agar sepi datang, merayap pergi,
Agar sepi hilang memburu siang.
Mimpi tinggalkan semua mimpi,
Tinggalkan angan di perut bumi.
Kumasih disini diperbudak kenyataan,
Dirampas keinginan dan angan-angan.
Keserakahan, kediktatoran membuatku menatap rerumputan gersang.
Kujejakkan kaki di rumput melewati ilalang kering perih.
Daun-daun berbisik
bersorak ditiup angin menerpa rambutku.
Kudiam tetes air mata jatuh satu-satu.
Dukaku tidak dukamu.
Tangisku bukan tangismu, deritaku kubawa sendiri **
Mamuju, 23 Oktober 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar