Reportase oleh : Muhammad Nur ( OKT)
ADV, Mamuju - Bertemu dengan M. Adhan Kasim lelaki paruh baya yang berpenampilan sederhana T-Shirt hitam di kombine dengan celana hitam di suatu pagi 2 hari lalu tepatnya Hari Rabu Pebruari 2020 di Mamuju dalam kesempatan berbincang-bincang dengannya dia berceritra tentang kisah miris berbuah sukacita yang tak pernah terlupakan sepanjang hidup.
Kisah paling menggesankan ketika Beliau berceritra tentang kisahnya suatu hari bersama Dr H Suhardi Duka dan Putrinya Hj Sutinah Suhardi, M.Si. ceritera ini sudah pernah Beliau cerutrakan kepada saya pada tahun 2012 delapan tahun yang lalu.
Beliau duduk tepat didepan saya dan memulai kembali kisahnya Adhan Kasim itulah nama lengkapnya namun akrab disapa dengan Pa Kades atau Pa Adhan saja, lahir dan besar di Kabuloang, Kabupaten Mamuju pada tanggal 10 Nopember 1952, sebagai Putra daerah hanya beberapa tahun setelah menamatkan pendidikan disekolah lanjutan bergabung bersama Golkar ditahun 1970 ketika itu Golkar masih bernama Sekber Golkar dan beliau masih berusia 18 tahun, dibayangkan saja setianya Pa Kades ini pada Golkar yang kalau dihitung-hitung dengan jari-jari sampai saat ini Pa Kades telah malang melintang hidup besama Golkar selama kurang lebih 42 Tahun, meniti karier dari Kader pengurus ranting, hingga menjadi pengurus di DPD Golkar Kabupaten Mamuju sampai di Tahun 2012, walau kemudian pada tahun 2012 berpindah ke Partai Dempkrat Sulawesi Barat yang dinakodai Pa SDK (panggilan akrab Pa SDK).
Selain di Golkar, Pa Kades dengan masa kerja 1/4 abad ini juga berkiprah di Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia ( AMPI ) Kabupaten Mamuju sebagai Dewan Penasehat sekitar tahun 1990 saat itu AMPI dibawa kepengurusan Ketua AMPI Kabupaten Mamuju Drs.Suhardi Duka.
Pa Kades Adhan Kasim menapaki karier sebagai Kepala Desa Belang-Belang sejak 11 Nopember 1984 yang membawahi 4 buah Desa yang saat ini sudah dikembangkan, yaitu Desa Papalang Ibukota Kecamatan papalang, Desa Kabuloang, Desa Batuampa dan Desa Belang-Belang sendiri yang kini jadi berdiri sendiri berpisah dengan Desa-Desa yang telah dimekarkan, kalau begitu ketika jadi kepala desa pertama kalinya Pa Kades Adhan memerintah satu wilayah Kecamatan sangat fantastik kan ?
Yang menakjubkan Pa Kades kita ini terus terpilih hingga tahun 2010 Beliau berhenti setelah peraturan perundang-undangan tidak lagi memperbolehkan untuk seseorang memangku jabatan Kades lebih dari 2 priode.
Kalau tidak akan memperpanjang rekornya menjadi seumur hidup jadi Kades di Tanah Manakarra. Soal kecintaannya pada Desa dan Warganya serta kecintaann Penduduk Desa pada Sang Kades, serta karya-karyanya terhadap Pembangunan Desanya rasanya tak usah dipertanyakan lagi terlalu panjang dan butuh waktu untuk menuliskannya dengan terpilih secara aklamasi selama 1/4 Abad jadi Kades dedikasinya terhadap tanah kelahirannya jadi tak perlu dipertanyakan lagi. Kades waktu bekerja dan berkaya hanya dodasari pada pengabdian dan kecintaan pada negeri.
Penulis akan membawa para pembaca kepada kisah miris seorang Kades yang telah memimpin Desa selama kurun waktu puluhan tahun besar bersama Organisasi Besar tapi tak mampu membawa kehidupannya mapan dan besar seperti halnya Para Pejabat Kades lain yang berada di Daerah Jawa, Bali, Sumatra dan lainnya dimana jabatan Kepala Desa jadi rebutan dalam pertarungan Pilkades,karena kabarnya mampu membawa kontestan terpilih hidup jauh lebih baik dari sebelumnya.
M.Adhan Kasim pria sederhana yang juga hidup sederhana seperti masyarakat pada umumnya, kemana-mana selalu akrab dengan motor bebek, walau pernah duduk sebagai kades selama 1/4 abad ditanah kelahiran sendiri, tapi kesederhanaan dan kepolosannya menarik hati Saya untuk mewawancarainya pada delapan tahun yang lalu dan kembali saya review disaat saya bertemu kemarin.
Ini hasil wawancara saya dengan Pa Adhan Kasim.
Pa Kades sebagaimana kita ketahui bahwa anda adalah Mantan Kades yang pernah memerintah selama kurun waktu 25 Tahun di Desa Belang-Belang dan Kabuloang ?"
Pa Adhan :" Ya Benar, Saya menjadi Kepala Desa sejak hari pelantikan 11Nopember 1984 dan berakhir pada tahun 2010 lupa tanggalnya, maklum sudah tua !" katanya berkelakar sambil nyeruput kopi dari gelas mini yang ada didepannya.
Penulis " " Kalau begitu hampir separuh hidup Pa Kades dong, ya kalau begitu banyak sekali suka dan duka Pa Kades bisakah kita berbagi satu pengalaman saja diantara beribu pengalaman dan yang paling berkesan bagi Pa Kades, pengalaman yang tak terlupakan ?" kataku sambil tersenyum.
Pa Adhan: ( Sambil berusaha mengingat kenangan masa lalunya ) tiba-tiba berujar " Ada satu diantara sekian pengalaman menarik dalam hidup Saya ketika sudah jadi Kades , yang paling Saya Ingat " Katanya sembari tersenyum.
Tahun 1999, adalah awal dari kejatuhan Rezim Orde Baru masa krisis ekonomi, dimana harga kebutuhan pokok membumbung tinggi, walau sudah jadi Kades lebih dari 10 tahun kehidupan Saya sangatlah sederhana, jadi Kades di kampung sendiri bukanlah tempat untuk mengais rupiah, tapi untuk mengabdi pada keluarga sendiri, membantu keluarga yang rata-rata saat itu masih berpenghasilan rendah, termasuk Kepala Desanya yang masih terbawa hingga kini hidup sederhana dari rezeki yang halal. Contoh kecil bagaimana mirisnya kehidupan Saya sebagai Kades akan Saya tuturkan seperti ini :
" Suatu hari anak Saya yang menuntut Ilmu di Universitas Hasanuddin ( UNHAS ) Makassar mengirim surat membutuhkan biaya untuk skrip akhir penyelesaian kuliahnya dalam Surat itu Dia berkata
" Bapak Harus kirim Uang sebanyak Rp.350 ribu untuk biaya Skripsi dan Wisudah Saya, dan Kalau Bapak tidak mengirim uang itu dalam 2 hari ini, Saya gagal Pa untuk menyelesaikan kuliah, ma kasih "kata Pa Kades matanya berkaca-kaca mungkin sedang mengenang masa itu.
Pa Kades lalu melanjutkan kisahnya setelah menarik nafas panjang katanya" Pikirannya kacau balau bercampur galau menatap surat yang tak sengaja jatuh dibawa ubin disela kakinya lepas begitu saja tak terkontrol karena gamang darimana harus mendapatkan uang 350 ribu padahal putrinya akan segera diwisuda atau gagal kata gagal membuatnya terpuruk resah.
Pa Kades tak punya uang sebesar itu ditengah krisis ekonomi yang melanda Negeri ini, jangankan dimasa krisis disaat-saat biasa bila mendadak begini beliau susah yang harus membiayai 3 orang anak yang semua masih bersekolah sering mengalami kesulitan.
Beliau tak bisa berfikir panjang untuk menjual barang-barang miliknya yang tersisa, mau minta tolong pada siapa dia juga tak tahu berbagai usaha telah dilakukan namun gagal dan gagal lagi.
Pa Kades Hampir putus asa Entah angin apa yang membawa berita tiba-tiba saja Pa Kades mengingat salah seorang kerabatnya yang akrab disapa Pa SDK ( DR.H.Suhardi Duka,MM saat ini Pen. ) , entah mengapa hatinya membawanya kerumah kerabatnya ini tentu dengan harapan ada solusi untuk memecahkan masalahnya, walau Pa Kades tahu pada tahun 1999 Pa SDK masih bukanlah seorang pejabat publik tapi tak lebih ketika itu hanyalah seorang PNS yang sukarela dan mohon dengan hormat mundur demi berkiprah di Politik sebagai Sekertaris DPD Golkar Kabupaten Mamuju.
Setibanya di Rumah Pa SDK Pa Kades tak lantas mengemukakan harapannya, berceritra dulu apa saja yang pantas Dia ceritrakan sambil minum kopi, seketika timbul rasa frez dihatinya bersama SDK seperti biasa selalu membawa kesejukan, kata Pa Adhan.
Pa SDK adalah angin segar bagi hati yang gundah dan selalu dinanti bila tak hadir ditengah-tengah kelompoknya. Pa Kades terus saja berkisah dan Saya bisa manggut-manggut sambil tersenyum.." teruskan Pa Kades kataku ".
Dia lalu memperbaiki letak duduknya dan kembali berkisah katanya " Tak terduga tiba-tiba saja Pa SDK berkata " Barangkali ada keperluan lainnya ? " itu kata Pa SDK sembari tersebyum seperti kita ketahui bahwa sampai saat ini Pa SDK memang salah satu Orang yang sering tersenyum.
Geleger, hati dan perasaan Pa Kades seakan berbunga indah Dia menjawab dengan sebuah harapan " saya butuh uang untuk keperluan anak kuliah, kalau tak dikirim hari ini bisa fatal anak Saya gagal untuk wisuda.
" Namun harapan Pa Kades kembali kuncup bergejolak seperti semula ketika mendengar ucapan Pa SDK
" Wah Sayang Saya juga tidak punya Uang, tapi bagaimana Pendidkan harus selalu menjadi priortas " katanya diwajahnya nampak kecewa tak bisa membantu.
Perkataan itu sebenarnya beralasan saat itu krisis tengah melanda dan Pa SDK belum seperti sekarang ini Dia hanya seorang anak muda yang punya banyak hal dan cita-cita untuk membawa Mamuju dan masyarakat Mamuju menjadi maju, sejahtera lahir maupun bathin.
Ketika tengah terpanah merenung memikirkan nasib si buah hati yang membutuhkan Dana Pa Kades dikejutkan oleh Suara Pa SDK yang menyapa anaknya yang baru pulang dari sekolah Anak pertamanya bernama Sutinah Suhardi.
" Kesini dulu Nak Bapak mau tanya " kata pa SDK Pada Sutinah yang saat itu masih sekolah di SMP. " Kenapa Pa " sambut Sang Anak.
" Coba kasi lihat Bapak isi tabunganmu, kalau masih cukup bisa diambil coba ambilkan untuk Om ini 350 ribu ?" " Masih bisa Pa "
Tina lalu beranjak pergi ke Bank untuk menarik sisa Uang Tabungan yang kemudian diserahkan pada Sang Ayah yang kemudian diberikan pada Pa Adhan.
Seperti mendapat durian runtuh perasaan senang, bahagia dan entah apalagi Pa Kades menerima uang dari Pa SDK, tanpa bas-bis-bus langsung mengucapkan terima kasih dan berlalu mengejar waktu untuk segera mengirimkan Uang kepada Anaknya untuk keperluan kuliah sesuai permintaan di surat.
Tak henti-hentinya Pa Kades mengucapkan syukur dari sejak keluar dari rumah Pa SDK hingga Uang tersebut dititipkan kepada Jasa Pengiriman di sebuah pengangkutan, bersyukur karena Tuhan dan Pa SDK menolongnya dari kemelut yang menimpa, syukur karena Dia masih ingat dan masih segar kisah itu hadir dalam benaknya sehingga dapat menceritrakan kepada Saya, syukur karena anaknya dapat diwisuda dan kini menjadi PNS di era Pemerintahan Pa SDK tentu berkat jasa Pa SDK juga, syukur karena anak-anakna semua sudah jadi sarjana.
Dan syukur yang terakhir komitmen Pa SDK terhadap Pendidikan dan kesehatan utuk mencerdaskan kehidupan bangsa hingga kini masih terpatri itu dibuktikan dengan Pendidikan Gratis hingga sekolah lanjutan dan Berobat gratis bagi semua masyarakat yang berada di Kabupaten Mamuju.
Pa Adhan alias Pa Kades yang menjabat lebih dari 25 tahun masih seperti ketika menjabat sebagai Kades tetap sederhana, energik dan bersemangat walau telah berusia 60 Tahun dan masih diberi kepercayaan untuk berkiprah sebagai Pengawas disalahsatu perusahaan milik daerah oleh Pa SDK selama 6 tahun.
Diakhir wawancara beliau mengatakan " Kisahnya sebagai Kades dan kebersamaannya dengan SDK selama 25 tahun di Golkar masih panjang, dan tak mungkin bisa dihapus oleh waktu, dia berharap Pa SDK dan setiap Orang tidak menapsirkan cerita nyata ini sebagai upaya mengkultuskan seseorang..bukan, ini kenyataan Bung..ujarnya menutup kisahnya. Dan kita tunggu kisah selanjutnya**
ADV, Mamuju - Bertemu dengan M. Adhan Kasim lelaki paruh baya yang berpenampilan sederhana T-Shirt hitam di kombine dengan celana hitam di suatu pagi 2 hari lalu tepatnya Hari Rabu Pebruari 2020 di Mamuju dalam kesempatan berbincang-bincang dengannya dia berceritra tentang kisah miris berbuah sukacita yang tak pernah terlupakan sepanjang hidup.
Kisah paling menggesankan ketika Beliau berceritra tentang kisahnya suatu hari bersama Dr H Suhardi Duka dan Putrinya Hj Sutinah Suhardi, M.Si. ceritera ini sudah pernah Beliau cerutrakan kepada saya pada tahun 2012 delapan tahun yang lalu.
Beliau duduk tepat didepan saya dan memulai kembali kisahnya Adhan Kasim itulah nama lengkapnya namun akrab disapa dengan Pa Kades atau Pa Adhan saja, lahir dan besar di Kabuloang, Kabupaten Mamuju pada tanggal 10 Nopember 1952, sebagai Putra daerah hanya beberapa tahun setelah menamatkan pendidikan disekolah lanjutan bergabung bersama Golkar ditahun 1970 ketika itu Golkar masih bernama Sekber Golkar dan beliau masih berusia 18 tahun, dibayangkan saja setianya Pa Kades ini pada Golkar yang kalau dihitung-hitung dengan jari-jari sampai saat ini Pa Kades telah malang melintang hidup besama Golkar selama kurang lebih 42 Tahun, meniti karier dari Kader pengurus ranting, hingga menjadi pengurus di DPD Golkar Kabupaten Mamuju sampai di Tahun 2012, walau kemudian pada tahun 2012 berpindah ke Partai Dempkrat Sulawesi Barat yang dinakodai Pa SDK (panggilan akrab Pa SDK).
Selain di Golkar, Pa Kades dengan masa kerja 1/4 abad ini juga berkiprah di Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia ( AMPI ) Kabupaten Mamuju sebagai Dewan Penasehat sekitar tahun 1990 saat itu AMPI dibawa kepengurusan Ketua AMPI Kabupaten Mamuju Drs.Suhardi Duka.
Pa Kades Adhan Kasim menapaki karier sebagai Kepala Desa Belang-Belang sejak 11 Nopember 1984 yang membawahi 4 buah Desa yang saat ini sudah dikembangkan, yaitu Desa Papalang Ibukota Kecamatan papalang, Desa Kabuloang, Desa Batuampa dan Desa Belang-Belang sendiri yang kini jadi berdiri sendiri berpisah dengan Desa-Desa yang telah dimekarkan, kalau begitu ketika jadi kepala desa pertama kalinya Pa Kades Adhan memerintah satu wilayah Kecamatan sangat fantastik kan ?
Yang menakjubkan Pa Kades kita ini terus terpilih hingga tahun 2010 Beliau berhenti setelah peraturan perundang-undangan tidak lagi memperbolehkan untuk seseorang memangku jabatan Kades lebih dari 2 priode.
Kalau tidak akan memperpanjang rekornya menjadi seumur hidup jadi Kades di Tanah Manakarra. Soal kecintaannya pada Desa dan Warganya serta kecintaann Penduduk Desa pada Sang Kades, serta karya-karyanya terhadap Pembangunan Desanya rasanya tak usah dipertanyakan lagi terlalu panjang dan butuh waktu untuk menuliskannya dengan terpilih secara aklamasi selama 1/4 Abad jadi Kades dedikasinya terhadap tanah kelahirannya jadi tak perlu dipertanyakan lagi. Kades waktu bekerja dan berkaya hanya dodasari pada pengabdian dan kecintaan pada negeri.
Penulis akan membawa para pembaca kepada kisah miris seorang Kades yang telah memimpin Desa selama kurun waktu puluhan tahun besar bersama Organisasi Besar tapi tak mampu membawa kehidupannya mapan dan besar seperti halnya Para Pejabat Kades lain yang berada di Daerah Jawa, Bali, Sumatra dan lainnya dimana jabatan Kepala Desa jadi rebutan dalam pertarungan Pilkades,karena kabarnya mampu membawa kontestan terpilih hidup jauh lebih baik dari sebelumnya.
M.Adhan Kasim pria sederhana yang juga hidup sederhana seperti masyarakat pada umumnya, kemana-mana selalu akrab dengan motor bebek, walau pernah duduk sebagai kades selama 1/4 abad ditanah kelahiran sendiri, tapi kesederhanaan dan kepolosannya menarik hati Saya untuk mewawancarainya pada delapan tahun yang lalu dan kembali saya review disaat saya bertemu kemarin.
Ini hasil wawancara saya dengan Pa Adhan Kasim.
Pa Kades sebagaimana kita ketahui bahwa anda adalah Mantan Kades yang pernah memerintah selama kurun waktu 25 Tahun di Desa Belang-Belang dan Kabuloang ?"
Pa Adhan :" Ya Benar, Saya menjadi Kepala Desa sejak hari pelantikan 11Nopember 1984 dan berakhir pada tahun 2010 lupa tanggalnya, maklum sudah tua !" katanya berkelakar sambil nyeruput kopi dari gelas mini yang ada didepannya.
Penulis " " Kalau begitu hampir separuh hidup Pa Kades dong, ya kalau begitu banyak sekali suka dan duka Pa Kades bisakah kita berbagi satu pengalaman saja diantara beribu pengalaman dan yang paling berkesan bagi Pa Kades, pengalaman yang tak terlupakan ?" kataku sambil tersenyum.
Pa Adhan: ( Sambil berusaha mengingat kenangan masa lalunya ) tiba-tiba berujar " Ada satu diantara sekian pengalaman menarik dalam hidup Saya ketika sudah jadi Kades , yang paling Saya Ingat " Katanya sembari tersenyum.
Tahun 1999, adalah awal dari kejatuhan Rezim Orde Baru masa krisis ekonomi, dimana harga kebutuhan pokok membumbung tinggi, walau sudah jadi Kades lebih dari 10 tahun kehidupan Saya sangatlah sederhana, jadi Kades di kampung sendiri bukanlah tempat untuk mengais rupiah, tapi untuk mengabdi pada keluarga sendiri, membantu keluarga yang rata-rata saat itu masih berpenghasilan rendah, termasuk Kepala Desanya yang masih terbawa hingga kini hidup sederhana dari rezeki yang halal. Contoh kecil bagaimana mirisnya kehidupan Saya sebagai Kades akan Saya tuturkan seperti ini :
" Suatu hari anak Saya yang menuntut Ilmu di Universitas Hasanuddin ( UNHAS ) Makassar mengirim surat membutuhkan biaya untuk skrip akhir penyelesaian kuliahnya dalam Surat itu Dia berkata
" Bapak Harus kirim Uang sebanyak Rp.350 ribu untuk biaya Skripsi dan Wisudah Saya, dan Kalau Bapak tidak mengirim uang itu dalam 2 hari ini, Saya gagal Pa untuk menyelesaikan kuliah, ma kasih "kata Pa Kades matanya berkaca-kaca mungkin sedang mengenang masa itu.
Pa Kades lalu melanjutkan kisahnya setelah menarik nafas panjang katanya" Pikirannya kacau balau bercampur galau menatap surat yang tak sengaja jatuh dibawa ubin disela kakinya lepas begitu saja tak terkontrol karena gamang darimana harus mendapatkan uang 350 ribu padahal putrinya akan segera diwisuda atau gagal kata gagal membuatnya terpuruk resah.
Pa Kades tak punya uang sebesar itu ditengah krisis ekonomi yang melanda Negeri ini, jangankan dimasa krisis disaat-saat biasa bila mendadak begini beliau susah yang harus membiayai 3 orang anak yang semua masih bersekolah sering mengalami kesulitan.
Beliau tak bisa berfikir panjang untuk menjual barang-barang miliknya yang tersisa, mau minta tolong pada siapa dia juga tak tahu berbagai usaha telah dilakukan namun gagal dan gagal lagi.
Pa Kades Hampir putus asa Entah angin apa yang membawa berita tiba-tiba saja Pa Kades mengingat salah seorang kerabatnya yang akrab disapa Pa SDK ( DR.H.Suhardi Duka,MM saat ini Pen. ) , entah mengapa hatinya membawanya kerumah kerabatnya ini tentu dengan harapan ada solusi untuk memecahkan masalahnya, walau Pa Kades tahu pada tahun 1999 Pa SDK masih bukanlah seorang pejabat publik tapi tak lebih ketika itu hanyalah seorang PNS yang sukarela dan mohon dengan hormat mundur demi berkiprah di Politik sebagai Sekertaris DPD Golkar Kabupaten Mamuju.
Setibanya di Rumah Pa SDK Pa Kades tak lantas mengemukakan harapannya, berceritra dulu apa saja yang pantas Dia ceritrakan sambil minum kopi, seketika timbul rasa frez dihatinya bersama SDK seperti biasa selalu membawa kesejukan, kata Pa Adhan.
Pa SDK adalah angin segar bagi hati yang gundah dan selalu dinanti bila tak hadir ditengah-tengah kelompoknya. Pa Kades terus saja berkisah dan Saya bisa manggut-manggut sambil tersenyum.." teruskan Pa Kades kataku ".
Dia lalu memperbaiki letak duduknya dan kembali berkisah katanya " Tak terduga tiba-tiba saja Pa SDK berkata " Barangkali ada keperluan lainnya ? " itu kata Pa SDK sembari tersebyum seperti kita ketahui bahwa sampai saat ini Pa SDK memang salah satu Orang yang sering tersenyum.
Geleger, hati dan perasaan Pa Kades seakan berbunga indah Dia menjawab dengan sebuah harapan " saya butuh uang untuk keperluan anak kuliah, kalau tak dikirim hari ini bisa fatal anak Saya gagal untuk wisuda.
" Namun harapan Pa Kades kembali kuncup bergejolak seperti semula ketika mendengar ucapan Pa SDK
" Wah Sayang Saya juga tidak punya Uang, tapi bagaimana Pendidkan harus selalu menjadi priortas " katanya diwajahnya nampak kecewa tak bisa membantu.
Perkataan itu sebenarnya beralasan saat itu krisis tengah melanda dan Pa SDK belum seperti sekarang ini Dia hanya seorang anak muda yang punya banyak hal dan cita-cita untuk membawa Mamuju dan masyarakat Mamuju menjadi maju, sejahtera lahir maupun bathin.
Ketika tengah terpanah merenung memikirkan nasib si buah hati yang membutuhkan Dana Pa Kades dikejutkan oleh Suara Pa SDK yang menyapa anaknya yang baru pulang dari sekolah Anak pertamanya bernama Sutinah Suhardi.
" Kesini dulu Nak Bapak mau tanya " kata pa SDK Pada Sutinah yang saat itu masih sekolah di SMP. " Kenapa Pa " sambut Sang Anak.
" Coba kasi lihat Bapak isi tabunganmu, kalau masih cukup bisa diambil coba ambilkan untuk Om ini 350 ribu ?" " Masih bisa Pa "
Tina lalu beranjak pergi ke Bank untuk menarik sisa Uang Tabungan yang kemudian diserahkan pada Sang Ayah yang kemudian diberikan pada Pa Adhan.
Seperti mendapat durian runtuh perasaan senang, bahagia dan entah apalagi Pa Kades menerima uang dari Pa SDK, tanpa bas-bis-bus langsung mengucapkan terima kasih dan berlalu mengejar waktu untuk segera mengirimkan Uang kepada Anaknya untuk keperluan kuliah sesuai permintaan di surat.
Tak henti-hentinya Pa Kades mengucapkan syukur dari sejak keluar dari rumah Pa SDK hingga Uang tersebut dititipkan kepada Jasa Pengiriman di sebuah pengangkutan, bersyukur karena Tuhan dan Pa SDK menolongnya dari kemelut yang menimpa, syukur karena Dia masih ingat dan masih segar kisah itu hadir dalam benaknya sehingga dapat menceritrakan kepada Saya, syukur karena anaknya dapat diwisuda dan kini menjadi PNS di era Pemerintahan Pa SDK tentu berkat jasa Pa SDK juga, syukur karena anak-anakna semua sudah jadi sarjana.
Dan syukur yang terakhir komitmen Pa SDK terhadap Pendidikan dan kesehatan utuk mencerdaskan kehidupan bangsa hingga kini masih terpatri itu dibuktikan dengan Pendidikan Gratis hingga sekolah lanjutan dan Berobat gratis bagi semua masyarakat yang berada di Kabupaten Mamuju.
Pa Adhan alias Pa Kades yang menjabat lebih dari 25 tahun masih seperti ketika menjabat sebagai Kades tetap sederhana, energik dan bersemangat walau telah berusia 60 Tahun dan masih diberi kepercayaan untuk berkiprah sebagai Pengawas disalahsatu perusahaan milik daerah oleh Pa SDK selama 6 tahun.
Diakhir wawancara beliau mengatakan " Kisahnya sebagai Kades dan kebersamaannya dengan SDK selama 25 tahun di Golkar masih panjang, dan tak mungkin bisa dihapus oleh waktu, dia berharap Pa SDK dan setiap Orang tidak menapsirkan cerita nyata ini sebagai upaya mengkultuskan seseorang..bukan, ini kenyataan Bung..ujarnya menutup kisahnya. Dan kita tunggu kisah selanjutnya**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar